Pages

Selasa, 11 Oktober 2016

Kumpulan Puisi Kritik Sosial


Masalah sosial masih menjadi isu yang sangat hangat untuk diperbincangkan. Mulai dari kemiskinan, kesenjangan sosial,
dan pengangguran adalah contoh kecil dari permasalahan yang ada di negeri ini. Suatu pengharapan yang amat besar dari penulis yang mencurahkan pandangan serta isi hati dan pikiran dalam kumpulan puisi tentang kritik sosial dengan tujuan agar pembaca bisa lebih peka terhadap kenyataan yang dialami sebagian penduduk bangsa ini. Berikut adalah beberapa puisi yang dapat penulis ciptakan. 



Anak Kecil Itu

                                       
Setangkai karangan bunga
Sesudah ia mulai memanggil musim
25 mei,
Anak kecil berdiri disamping jalan setapak
Bersama waktu yang setia melihat perubahan
Disana, ia mencari sisa nafas kemarin
Berharap mentari teduh hari ini dan
Kelembutannya hinggap pada daun, ranting dan seujar rintih
Tak banyak bahkan tak ada, ia hanya tersenyum tepiskan tangis
Tak terasa ia menjauh, menuju tempat ia mewaktu berikutnya
Bersama lapar dan daun melayang
Ia menanggalkan senyum, membajak ragu diantara tawa ku
Hanya setetes keangkuhan dari hari ini yang ia terima
Tentu saja anak kecil itu berlari, merangkak memungut nasi
Untuk dijadikannya sarana melawan halusinasi kefanaan ini
Namun, ia tak sendiri, ia bersama setengah sepasang maut di tengah jalan raya
Anak kecil itu menggoda maut dengan jemari lentik miliknya
Tak pelak jatuh dan terayun harapan sang maut
Dan sebungkus nafas yang ia kais mencegah ketakutan yang sangat masuk akal
Aku hanya terdiam, minum bir dan mabuk menelan duka
Ini dan itu
Kan terasa bahwa daun merestui angin menampar maut
 





  

Ensiklopedi Kemiskinan

Daun melayang, jatuh dan sansai
Asing pada bumi
Sesudah nyawanya terhembus
Tak sanggup ia meneteskan air mata
Terlalu kering
Air beriak siang dan malam
Ia hanya berharap
Akan datang suatu waktu
Dimana ia tak perlu asing
Ia tak perlu menjadi parasit
Demi tuhan
Demi sesuap nasi ikan asin
Demi rumah kardus
Demi riak suara para penjaga gagu

Disisi gelap sudut kota
Perkampungan sampah
Gerimis pun musibah
Terbelenggu tirai pengasingan
Yang terang adalah impian gelap

Embun tak lagi murni
Kehilangan nurani
Senyap sisi dingin menembus
Tak masalah,
Kapan,
Dimana,
Siapa dia,
Aku disana
Lalu mengapa
Dan
Awan kembali menghujum dengan
Tajam mentari
Tak kasihan
Kau di bawah
Tak akan terarah
Hingga hinggap daun kembali pada ranting
Salah siapa,
Dia pajak yang kami bayar
Buat apa
Buat apa saja yang sekiranya ia butuh
Gedung, rumah, mobil
Dia butuh. Tapi ia ingin tetap bersama gubuk dan keringat
Ia berjuang mengais nafas







Kami hanya rakyat jelata
Setelah melihat dokumentasi "MAIN KAYU"

Siapa sebenarnya pencuri, Sang penjarah berdiri mengangkang di balik jubah domba
Layaknya serigala yang haus, dan minum darah milik tetangga
Kadang ia acuh saat berjumpa sesama, bahkan tak ingin
Aku tahu itu, dan kujulurkan tanganku ke kerogkongnanya untuk ku ambil darah milik tetangganya
Apalah daya, tanganku tak terlalu panjang untuk meraih lidahnya, kutarik saja tatapan untuk memusuhinya
Serigala itu tak sendiri mengepung rakyat jelata,
Mereka sadar tak butuh aturan yang rumit untuk mengikat rakyat jelata
Darah rakyat jelata dihisapnya sekaligus
Kami hanya huru hara yang tak peduli siapa yang makan dan minum di pertigaan pesta hitam
 Kong kalikong yang membosankan dari masa penjajahan belanda,
Rakyat jelata tak butuh kalian semua, kalian lah yang perlu huru hara kami,
Kuhabiskan minum air putih saat ini dan mencarinya setelah ini, mungkin hanya itu yang kulakukan di dalam hari yang panjang nan terik.
Aku lelah hanya duduk dan berdoa, kugali lubang besama namaku,
Menimbun keterasingan ku bersama ketidakpedulianmu, di pertigaan dimna pesta sedang berlangsung,
Persetan dengan janji diakhir peristiwa pesta,
Kami bukan budak penggarap lahan jati milik negara, bukan milik mu
Persetan dengan pangkat mu, kau lebih rendah dari kaki bukit yang selama ini kami tinggali
Siapa sebenarnya pencuri , kami hanya rakyat jelata, yang ingin tidur nyenyak malam ini dan bekerja untuk diri kami sendiri esaok hari
Siapa itu serigala dengan pistol melolong pada saat kami lewat
  Dan menerkam tepat di  perut yang membuat kami tercabik,
serigala itu saudara kami sebelumnya, tapi entah mengapa ia doyan makan dan membuat gua dengan emas permata disana, ia lupa siapa yang dulu mengobati ketika di tembak balanda dan siapa yang mengangkat tangan nya ketika belanda kalah.
Sekali lagi, kugali lubang bersama namaku, bersama perasaan saudara yang terhormat, yang mengadili kami yang menggelapkan desa kami, yang telah menjerat kami.
Namun sayang , aku hanya rakyat jelata



Musim tanpa senyum

Jika kan mendengar malam berbicara
Ia akan menceritakan api yang membakar awan
Disisi sebelas januari yang hidupnya basah
Hujan tak kunjung reda malam ini
Tak juga terdengar kilatan-kilatan dalam hati
Hingga sebuah fenomena terjadinya kebisuan
Malam yang panjang, di sisi semburat hujan
Tak juga ada guratan senyum pada musim kali ini

Yang sajak nya hinggap di ranting-ranting puisi malam
Telah terbakar bersama awan
Pesan yang disampaikan angin pada hujan
Akar pada daun
Dan laut pada januari yan basah
Telah terbakar pula sisi terang malam
Namun akan semakin gelap saja malam ini



Malam hanyalah malam

Suara di ujung
Memanjangkan lingkungan cahaya serentak
Yang padanya sinar selembut lagu
Dari sepasang merpati dan terkuku
Syahdu
Disana padi berdendang
Rumput berbanjar, belalang girang, gareng menyeruling
Serentak dan syahdu
Dari senja semua emas
Terhujum waktu yan menyilaukan mata
Tenggelam dalam siluet yang padanya bulan purnama

Malam ini tak banyak yang bicara
Katak masih pada aransemen lama, dan jangkrik terlalu bosan
Guratan malam membekas pada air
Berjumpa dari sepasang ekor yang tersalip hingga terjadi keberagaman
Sorak malam ini
Namun, masih tak terlalu bising
Ungkin karena sorot lampu yang penuh amarah mengintai dengan penuh harapan
Itulah saja realitas hidup sebagai penghuni malam di mata tempat padanya malam hanyalah malam
Dan hidup hanyalah hidup
Dan mati sedetik lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About